BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring
dengan ketatnya dan berkembangannya jaman, dan banyaknya saingan di dalam dunia
manajemen ekonomi berbagai perusahaan membangun strategi-strategi khusus untuk
mengembangkan perusahaan dan memajukan perusahaan tersebut terciptalah cara
jitu untuk membangun perusahaan dan mengembangkan hubungan antara perusahaan dan
pelanggan yaitu dengan cara cepat untuk memperbaiki perusahaan yaitu cara
berpikir cepat Six Sigma. Cara ini telah di uji oleh berbagai
perusahaan-perusahaan besar seperti Hotel dll. Dan telah di akui oleh standar
internasional dan mendapatkan sertifikat internasional.
1.2 RUMUSA
MASALAH:
Berdasarkan
latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini
adalah:
1. Apakah
yang dimaksud six sigma ?
2. Bagaimana
sejarah six sigma?
3. Apa
saja konsep dari six sigma?
4. Apa
saja keunggulan dari six sigma
5. Apa
saja metose-metode didalam six sigma?
6. Siapa
saja yang menjadi bagian pelaksana six sigma?
7. Bagaimana
tahapan-tahapan six sigma dalam perusahaan?
1.3 TUJAN
PENYUSUNAN :
Adapun Tujuan dibuatnya/ disusunya
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apa itu six sigma
2. Untuk
megetahui sejara six sigma
3. Untuk
mengetahui konsep six sigma
4. Untuk
mengetahui
1.4 MANFAAT
PENYUSUNAN :
Dari
rumusan masalah dan tujuan penyusunan manfaat yang ingin dicapai dari
disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat
mengetahui apa itu six sigma, sejarah, manfaat, metode, dan penerapannya
didalam perusahaan.
2. Terselesaikannya
tugas yang diamanatkan oleh dosen matakuliah ini dan semoga penyusun bisa
memperoleh nilai yang memuaskan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI SIX SIGMA
Secara etimologi six sigma
tersusun dari 2 kata yaitu : six yang berarti enam dan sigma yang
merupakan simbol dari standard deviasi atau dapat pula diartikan sebagai ukuran
satuan statistik yang menggambarkan kemampuan suatu proses dan ukuran nilai
sigma dinyatakan dalam DPU (Defect Per Unit) atau PPM (Part Per
Million). Dapat dikatakan bahwa proses dengan nilai sigma yang lebih
tinggi (pada suatu proses) akan mempunyai defect yang lebih sedikit
(baik jumlah defect maupun jenis defect). Semakin bertambah nilai sigma
maka semakin berkurang Quality Cost dan Cycle time.
Secara epistimologi six sigma
merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki suatu proses dengan
memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variasi yang terjadi (process
variance) sekaligus mengurangi cacat ataupun produk atau jasa yang keluar
dari spesifikasi dengan menggunakan metode statistik dan tools quality
lainnya secara insentif.
Umumnya six sigma dituliskan
dalam simbol 6 sigma.
Dan secara sederhana six sigma (6 sigma) dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai kemungkinan cacat (defect opportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk (jasa). Mengenai penurunan nilai 3,4 sebenarnya banyak sekali kontroversi, tapi yang terpenting adalah kita memahami six sigma sebagai sebuah referensi tool untuk mengurangi jumlah cacat. Defect ialah Kegagalan dalam menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sedang yang dimaksud dengan opportunity (Kesempatan) antara lain : Kualitas produk; Kualitas komponen; Process Yield; Tes Destructive; Rejects – Repair; Visual Check (Appraisal); EHS – OSHA/LTA (Accidents); Ketidakhadiran; Perbedaan Material; Forecasting; Schedule Achievement; Kapasitas; CTQ – Critical to Quality; Scrap dan Rework; Organizational Development; Training; Inventory; Overtime; On-Time-Delivery; Order yang akurat; Transportasi; Down time; dll.
Dan dalam perkembangannya six sigma juga data diaplikasikan seluruh sistem bisnis, design, manufacturing, sales, service, dll.
Dan secara sederhana six sigma (6 sigma) dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai kemungkinan cacat (defect opportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk (jasa). Mengenai penurunan nilai 3,4 sebenarnya banyak sekali kontroversi, tapi yang terpenting adalah kita memahami six sigma sebagai sebuah referensi tool untuk mengurangi jumlah cacat. Defect ialah Kegagalan dalam menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sedang yang dimaksud dengan opportunity (Kesempatan) antara lain : Kualitas produk; Kualitas komponen; Process Yield; Tes Destructive; Rejects – Repair; Visual Check (Appraisal); EHS – OSHA/LTA (Accidents); Ketidakhadiran; Perbedaan Material; Forecasting; Schedule Achievement; Kapasitas; CTQ – Critical to Quality; Scrap dan Rework; Organizational Development; Training; Inventory; Overtime; On-Time-Delivery; Order yang akurat; Transportasi; Down time; dll.
Dan dalam perkembangannya six sigma juga data diaplikasikan seluruh sistem bisnis, design, manufacturing, sales, service, dll.
2.2 SEJARAH SIX SIGMA
Six sigma dimulai oleh Motorola di era tahun 1980-an oleh
salah seorang engineer bernama Bill Smith atas dukungan penuh dari CEO Bob
galvin. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya market Motorola karena
perbedaan kualitas dibandingkan dengan perusahaan Jepang.
Pada tahun 1981 Motorola menghadapi tantangan tersebut
dengan mengevaluasi kualitasnya hingga 5 kali dalam 5 tahun namun tetap saja
tidak berhasil. Kemudian Motorola menggunakan statistical tools yang
dipadukan dengan ilmu manajemen financial metrics yaitu Return on Investment
(ROI) sebagai salah satu alat ukur (metrics) dari quality improvement process.
Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder
secara lebih mendalam sehingga metode ini mendapat sambutan luas dari jajaran
manajement Motorola dan perusahaan-perusahaan lain.
Perusahaan selain Motorola yang juga
mengembangkan six sigma salah satunya yakni General electric (GE). Pada tahun
1995, GE menggulirkan six sigma disegala aspek bisnisnya guna menghadapi
tantangan kualitas sebagai perusahaan kelas dunia. GE memperbaharui prosesnya
seperti produktivitas, Inventory Return namun improvement
tersebut tertunda karena adanya defect diprosesnya. Kemudian dikalangan GE
muncul suatu pemikiran bahwa World Class Quality adalah suatu hal yang
menantang sehingga di GE six sigma menjadi sebuah trend terlebih setelah
mendapat dukungan penuh dari CEO Jack Welch. Hal inilah yang membuat
perusahaan-perusahaan lain ingin mengetahui lebih jauh tentang six sigma dan
mencoba mengimplementasikan metode ini ditempat kerjanya masing-masing.
Kemudian akan muncul sebuah opini,
siapakah penemu ataupun penggagas sig sigma pertama kali? Apakah Motorola?
Hal inilah yang menarik untuk dibicarakan. Perlu diketahui bahwa konsep dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total Quality Management (TQM) dan Statistical Process Control (SPC). Kedua konsep ini sudah lama dikembangkan oleh para ahli quality seperti Dr. Kaoru Ishikawa, Shewhart, Crossby, dll. Jadi ditinjau dari segi waktu dapat dikatakan bahwa six sigma merupakan hasil pengembangan dari quality improvement semenjak tahun 1940-an. Tapi yang jelas, bagi kita adalah seperti apapun metode yang terpenting adalah menerapkannya secara disiplin, berkesinambungan dan konsisten sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan (improvement).
Hal inilah yang menarik untuk dibicarakan. Perlu diketahui bahwa konsep dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total Quality Management (TQM) dan Statistical Process Control (SPC). Kedua konsep ini sudah lama dikembangkan oleh para ahli quality seperti Dr. Kaoru Ishikawa, Shewhart, Crossby, dll. Jadi ditinjau dari segi waktu dapat dikatakan bahwa six sigma merupakan hasil pengembangan dari quality improvement semenjak tahun 1940-an. Tapi yang jelas, bagi kita adalah seperti apapun metode yang terpenting adalah menerapkannya secara disiplin, berkesinambungan dan konsisten sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan (improvement).
2.3 KONSEP
DASAR SIX SIGMA
Secara umum ada 2 buah konsep dasar dari six sigma, yaitu :
1.
Six
sigma sebagai suatu aktivitas
Six sigma dapat diartikan sebagai suatu proses yang
mempunyai defect opportunity atau kemungkinan cacat sebanyak 3,4 buah
dalam satu juta produk atau jasa (DPPM). Untuk mencapai “target” angka tersebut
maka ada beberapa rangkain aktivitas six sigma yang perlu dilakukan,
misalnya :
a. Memahami dan mendefinsikan suatu
proses design, manufacturing dan service secara jelas.
b. Aplikasi untuk six sigma
statistic tools dan proses.
c. Mengidentifikasikan faktor penyebab defect.
d. Analisa dan improvement
(perbaikan).
e. Melalui penurunan defect ratio akan
meningkatkan yield dan total kepuasan pelanggan.
f. Management innovation tool memberikan kontribusi terhadap management
out put.
2. Six sigma sebagai suatu strategi
bisnis
Secara umum ada ada enam komponen
utama konsep six sigma sebagai strategi bisnis (Peter S. Pande, 2002: 8), yaitu
:
a. Customer service oriented (mengutamakan pelayanan kepada
pelanggan).
Definisi customer (pelanggan) bukan hanya terbatas pada pembeli saja tetapi juga berarti rekan kerja kita, orang/ pihak yang akan menerima hasil kerja kita, masyarakat umum sebagai pengguna jasa, pemerintah, dll. Six sigma mampu memberikan informasi kepada kita mengenai seberapa bagus produk, service kita dan proses didalamnya serta membantu kita untuk menentukan langkah-langkah demi kepuasan customer secara total.
Definisi customer (pelanggan) bukan hanya terbatas pada pembeli saja tetapi juga berarti rekan kerja kita, orang/ pihak yang akan menerima hasil kerja kita, masyarakat umum sebagai pengguna jasa, pemerintah, dll. Six sigma mampu memberikan informasi kepada kita mengenai seberapa bagus produk, service kita dan proses didalamnya serta membantu kita untuk menentukan langkah-langkah demi kepuasan customer secara total.
b. Manajemen yang bedasarkan data dan
fakta.
c. Fokus pada proses, manajemen dan
perbaikan.
Perlu diketahui bahwa six sigma
sangat dipengaruhi dan bergantung pada seberapa jauh kita memahai suatu proses.
Dan hal ini belum cukup apabila tidak didukung dengan appresiasi manajemen yang
bagus dalam melakukan perbaikan.
d. Manajemen yang proaktif
e. Kerjasama tim yang bagus
f. Selalu mengejar kesempurnaan.
Sig sixma merupakan suatu tool yang
lengkap yang dapat dipergunakan dan diaplikasikan pada bidang design,
manufaktur, Sales, Service, dll. Six sigma dapat membantu kita
dalam meraih keuntungan pada suatu persaingan. Bila kita dapat memperbaiki sigma
level pada proses kita, berarti kualitas produk akan lebih baik dan
biaya-biaya yang tidak perlu akan berkurang sehingga kita dapat memenuhi
kepuasan customer.
2.4 KEUNGGULAN SIX
SIGMA
Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk
pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi tool ini secara
metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam peningkatan
kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat
diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.
Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan
pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan
dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.
Keuntungan
dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang
bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma
membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):
- Pengurangan
biaya
- Perbaikan
produktivitas
- Pertumbuhan
pangsa pasar
- Retensi
pelanggan
- Pengurangan
waktu siklus
- Pengurangan
cacat
- Pengembangan
produk / jasa
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki
Six Sigma dibanding metode lain adalah:
- Six
Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six
Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan
strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi
motivasi atas usaha.
- Six
Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur
disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen,
keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi
dan sebagainya.
- Dengan
Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan
direspon balik dengan cepat.
- Six
Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja
sigma akan berubah.
2.5 METODE DAN ALAT (TOOLS)
PENTING DALAM SIX SIGMA
Ditinjau dari alat yang digunakan, Six
Sigma cukup luas. Gambar berikut menunjukkan metode-metode yang biasa
digunakan dalam Six Sigma.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan
khususnya Black Belt yang dilatih,juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan
kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran. Metode atau
alat-alat tersebut antara lain:
- SPC (Statistical Process
Control) atau pengendalian proses secara statistik, berguna untuk
mengidentifikasi permasalahan.
- Pengujian tingkat signifikan
statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA), untuk
mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab permasalahan,
- Korelasi dan Regresi, berguna
untuk menganalisa akar penyebab masalah dan memprediksi hasilnya.
- Desain Eksperimen, untuk
menganalisa solusi optimal dan validasi hasil.
- FMEA (Failure Modes and
Effect Analysis), berguna untuk mencari prioritas masalah dan
pencegahannya.
- Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan
cacat dan perbaikan proses.
- QFD (Quality Function
Deployment), untuk mendesain produk, proses dan jasa.
Terminologi yang menjadi kunci utama
konsep six sigma adalah sebagai berikut:
- CTQ (Critical
to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen. CTQ dapat
diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang berpengaruh langsung
terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan
- Defect = kegagalan untuk memuaskan
pelanggan
- Process
Capability
= kemampuan proses untuk bekerja dan menghasilkan produk yang berkualitas
- Variation = sesuatu yang dirasakan dan
dilihat oleh pelanggan. Six sigma berfoku untuk mengetahui apa
penyebab variasi dan mencegah terjadinya variasi itu, sehingga dapat
meningkatkan kapabilitas dari proses.
- Stable Operation = menjaga
konsistensi dari proses yang telah diprediksi sehingga dapat meningkatkan
kapabilitas proses.
- Design
For Six
Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
kemampuan proses.
- DPMO
(Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six
sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.
- DMAIC
= merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju six sigma.
2.6
PIHAK-PIHAK
PELAKSANA
Brue (2002) mencatat pihak-pihak
yang harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six sigma di dalam
perusahaan. Pihak-pihak tersebut meliputi:
a.
Executive
Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang
komit untuk mewujudkan six sigma, memulai dan memasyarakatkannya di
seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.
b.
Champions
Yaitu orang-orang yang sangat
menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek six sigma. Mereka
merupakan pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts dan
berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional,
finansial, ataupun pribadi agar black belts berfungsi sebagaimana
mestinya. Bisa dikatakan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan
proyek, para anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung
jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan
hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim pelaksana.
Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black
belt, mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran yang
dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan memastikan
bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.
c.
Master
Black Belt
Orang-orang yang bertindak sebagai
pelatih, penasehat (mentor) dan pemandu. Master black belt adalah
orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik six sigma, dan
merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan
seluruh perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci
dari peranan master black belt terletak pada kepiawaiannya untuk
memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.
d.
Black
Belts
Dipandang sebagai tulang punggung
budaya dan pusat keberhasilan six sigma, mengingat mereka adalah
orang-orang yang: memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk
menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke
dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara
kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah
produktivitas serta profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan six
sigma.
Para calon anggota black belts wajib
memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin;
menguasai ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistika;
mampu berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.
e.
Green
Belts
Adalah orang-orang yang membantu
black belts di wilayah fungsionalnya. Pada umumnya green belts bertugas:
secara paruh waktu di bidang yang terbatas; mengaplikasikan alat-alat six
sigma untuk menguji dan menyelesaikan problema-problema kronis;
mengumpulkan/ menganalisis data, dan melaksanakan percobaan-percobaan;
menanamkan budaya six sigma dari atas ke bawah.
2.7 TAHAPAN-TAHAPAN SIX SIGMA
Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa six sigma merupakan suatu metode terstruktur. Terstruktur disini dapat diartikan karena six sigma mempunyai sedikitnya ada lima tahapan, yakni :
1.
Define
Pada tahapan ini tim pelaksana akan
mengidentifikasi masalah, menentukan target waktu, mendefinisikan specifikasi
customer (critical to quality), mendefinisikan dan menggambarkan QC flow
chart serta menentukan tujuan yang ingin dicapai (misal : pengurangan cacat,
biaya, dll).
2.
Measure
Pada tahapan ini bertujuan untuk
memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisa permasalahan dari data-data
yang ada.
3.
Analyze
Pada tahapan ini akan ditentukan
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada proses. Hal ini berarti bahwa jika
ada empat faktor pokok yang apabila diperbaiki maka akan memperbaiki proses
secara signifikan.
4.
Improve
Pada tahapan ini kita akan
mendiskusikan dan membicarakan tentang ide-ide untuk melakukan suatu
improvement berdasarkana hasil analisa yang telah dilakukan. Selain itu juga
dilakukan percobaan untuk melihat hasilnya apakah sudah efektif ataukah belum.
Jika hasilnya efektif maka dapat dibakukan dalam suatu Standard Operasional
Procedure (SOP).
5.
Control
Setelah keempat tahapan diatas sudah
dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat suatu rencana dan merancang
pengukuran atas hasil improvement yang sudah dilakukan agar dapat dikontrol dan
diawasi secara berkesinambungan.
Sebenarnya kunci pokok agar tetap bertahan dalam sebuah persaingan bisnis yang semakin ketat ini adalah berusaha untuk lebih cepat, lebih baik (berkualitas) dan lebih murah. Kita ambil contoh misalnya membandingkan service pada jasa pengiriman paket barang dari Wonosobo (Jawa Tengah) ke Batam antara melalui Kantor Pos (BUMN) dan TIKI (swasta).
Sebenarnya kunci pokok agar tetap bertahan dalam sebuah persaingan bisnis yang semakin ketat ini adalah berusaha untuk lebih cepat, lebih baik (berkualitas) dan lebih murah. Kita ambil contoh misalnya membandingkan service pada jasa pengiriman paket barang dari Wonosobo (Jawa Tengah) ke Batam antara melalui Kantor Pos (BUMN) dan TIKI (swasta).
Pengiriman paket barang melalui Kantor Pos dipilih dengan beberapa pertimbangan misalnya murah dan hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Tetapi kadang-kadang Estimation Time Arrival (ETA) melebihi dari perkiraan semula, misalnya terlambat 1 minggu dan bahkan tidak jarang kondisi barang yang diterima sudah rusak.
Pengiriman paket barang dengan jasa TIKI akan dipilih jika kita akan mengirim barang dengan jaminan tidak rusak (aman) dan tepat waktu. Namun, kadang-kadang barang yang dipaketkan terlambat 1 hingga 2 hari saja dari ETA. Meskipun demikian biaya pengiriman melalui jasa TIKI jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan jasa POS.
Intinya bahwa kedua biro jasa pengiriman tersebut mempunyai “variasi” dari proses dan service mereka. Saya tidak tahu apakah keduanya menerapkan six sigma ataukah tidak, tapi yang jelas manajemen keduanya pasti selalu memperbaiki proses dan service dengan metode yang sangat terstruktur dan rapi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN:
·
Six
Sigma adalah ukuran satuan statistik yang
menggambarkan kemampuan suatu proses dan ukuran nilai sigma dinyatakan dalam
DPU (Defect Per Unit) atau PPM (Part Per Million). Konsep dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total
Quality Management (TQM) dan Statistical Process Control (SPC).
Kedua konsep ini sudah lama dikembangkan oleh para ahli quality seperti Dr.
Kaoru Ishikawa, Shewhart, Crossby, dll
·
Six
Sigma juga
dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat (defect)
(Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang
ada di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang
sudah dikenal secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
thank suka bngat
Posting Komentar